Selasa, 24 Februari 2015

Ummu Khansa

Di zaman jahiliyah, hiduplah seorang wanita yg pandai bersyair, Al-Khansa namanya. Ia adalah salah satu sahabat Rasulullah, sungguh kepiawaiannya dalam bersyair sangat diakui Rasulullah.
Diriwayatkan bahwa ketika Adi bin Hatim dan saudarinya, Safanah binti Hatim datang ke Madinah dan menghadap Rasulullah SAW, maka berkata, "Ya Rasulullah, dalam golongan kami ada orang yang paling pandai dalam bersyair dan orang yang paling pemurah hati, dan orang yang paling pandai berkuda." Rasulullah SAW bersabda, 'Siapakah mereka itu. Sebutkaniah namanya.' Adi menjawab, 'Adapun yang paling pandai bersyair adalah Umru'ul Qais bin Hujr, dan orang yang paling pemurah hati adalah Hatim Ath-Tha'i, ayahku. Dan yang paling pandai berkuda adalah Amru bin Ma'dikariba.' Rasulullah SAW menukas, "Apa yang telah engkau katakan itu salah, wahai Adi. Orang yang paling pandai bersyair adalah Al-Khansa binti Amru, dan orang yang paling murah hati adalah Muhammad Rasulullah, dan orang yang paling pandai berkuda adalah Ali bin Abi Thalib.'

Tapi bukan hanya tentang kepintarannya dalam bersyair, aku mengangkat cerita Al-Khansa kesini. Aku lebih tertarik dengan julukan Al-Khansa, yaitu Ummu Syuhada.

Dari pernikahannya dengan Rawahah bin Abdul Aziz As Sulami, Al-Khansa dikaruniai 4 anak yg semuanya laki-laki. Pada zaman itu, sedang berlangsung perang melawan tentara Persia. Sebelum peperangan dimulai, terjadilah perdebatan yang sengit di rumah Al-Khansa. Di antara keempat putranya telah terjadi perebutan kesempatan mengenai siapakah yang akan ikut berperang melawan tentara Persia, dan siapakah yang harus tinggal di rumah bersama ibunda mereka. Keempatnya saling tunjuk menunjuk kepada yang lainnya untuk tinggal di rumah. Masing-masing ingin turut berjuang melawan musuh fi sabilillah. Rupanya, pertengkaran mereka itu telah terdengar oleh ibunda mereka, Al-Khansa. Maka Al-Khansa telah mengumpulkan keempat anaknya, dan berkata,

'Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian memeluk agama ini tanpa paksaan. Kalian telah berhijrah dengan kehendak sendiri. Demi Allah, yang tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya kalian ini putra-putra dari seorang lelaki dan dari seorang perempuan yang sama. Tidak pantas bagiku untuk mengkhianati bapakmu, atau membuat malu pamanmu, atau mencoreng arang di kening keluargamu.Jika kalian telah melihat perang, singsingkanlah lengan baju dan berangkatlah, majulah paling depan niscaya kalian akan mendapatkan pahala di akherat. Negeri keabadian. Wahai anakku, sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu Rasul Allah. lnilah kebenaran sejati, maka untuk itu berperanglah dan demi itu pula bertempurlah sampai mati. Wahai anakku, carilah maut niscaya dianugrahi hidup.'

Pemuda-pemuda itupun keluar menuju medan perang. Mereka berjuang matl-matian melawan musuh, sehingga banyak musuh yang terbunuh di tangan mereka. Akhirnya nyawa mereka sendirilah yang tercabut dari tubuh-tubuh mereka. Ketika ibunda mereka, Al-Khansa, mendengar kematian anak-anaknya dan kesyahidan semuanya, sedikit pun ia tidak merasa sedih dan kaget. Bahkan ia telah berkata, 'Alhamdulillah yang telah memuliakanku dengan syahidnya putra-putraku. Semoga Allah segera memanggilku dan berkenan mempertemukan aku dengan putra-putraku dalam naungan Rahmat-Nya yang kokoh di surgaNya yang luas.' Al-Khansa telah meninggal dunia pada masa permulaan kekhalifahan Utsman bin Affan ra., yaitu pada tahun ke-24 Hijriyah.

Yaa Allah.. Betapa mulia hati seorang Ibu.
Ajari hamba untuk ikhlas dalam segala hal, seperti keikhlasan Al-Khansa :)

Kamis, 12 Februari 2015

Ketika salah satu diantara kita memantapkan hatinya

Sahabat..
Masih sangat jelas diingatanku..
Dulu saat kita bermain bersama..
Serasa tak ada beban dipundak..
Saat masih sibuk mencari jatidiri yg sebenarnya..

Saat itu terucaplah berbagai janji..
Tanpa memikirkan bagaimana nantinya..
Yang kita tau waktu itu hanya indah..
Hanya canda tawa pengisi hari..

Tapi sekarang..

Aku, kamu, dan semuanya..
Telah beranjak dewasa..

Mulai merasakan peliknya kehidupan..
Merasakan pahitnya pengalaman..

Tahukah kalian?

Meski kita tak punya banyak waktu untuk bersama seperti dulu..
Rasanya hati kita telah menyatu..

Meski jarak yg memisahkan tak cukup dekat..
Masih tertanam dihatiku, kalian lah sahabat sebenarnya untukku..

Saat satu diantara kita..
Memantapkan hatinya, melabuhkan cintanya..
Bukan dengan mudah kita meng'iya'kan..
Ada rasa takut didalam hati ini..
Karna yg kita tahu itu bukan lah permainan..
Melainkan sesuatu yg sakral..
Tetapi jika Allah berkehendak..
Hanya doa yg bisa kita panjatkan..
Semoga dijadikan keluarga sakinah, mawadah, warahmah..

Dulu..
Ada satu janji yg saat kuingat..
Akan mengantarkan kau kepelaminan..
Ku tepati janji itu..
Kukesampingkan semua urusanku..
Aku ingin melihat tangis harumu..
Saat kau cium tangan suamimu..
Aku ingin melihat senyum lepasmu..
Saat pria yg kau cintai itu..
Melingkarkan cincin di jari manismu..
Aku pun meneteskan air mata..
Saat pria itu mengucapkan janji sehidup semati..
Didepan ayah dan bundamu..

Pesanku untuk pria mu..
Jadilah imam yg menyediakan bahunya untukmu..
Yg mengantarmu menuju surga-Nya..
In sya Allah..
Semua doa terbaik untukmu..

Selamat menempuh hidup baru, sahabatku..

Doaku menyertaimu :)