Ingatkah kau dengan percakapan pertama kita, betapa canggungnya aku
waktu itu.
Assalamualaikum..
Begitu kau memulainya, santunnya kamu
tergambarkan jelas. Semakin tertarik saja rasanya aku. Malam itu kita
memulainya dengan sederhana. Dan terus ke malam-malam berikutnya. Kau
berikan perhatianmu, semakin kau membiusku dan semakin dalam pula
perasaan ini. Sejak saat itu tak ada lagi sepi dimalam-malamku. Bahkan
saat setiap shubuh kau menjadi alarmku. Kau buat begitu indah.
Terimakasih, Saat kau ceritakan tentang dirimu, semakin yakin aku
padamu.
Saat kau gelisah dan tak tentu arah. Tak ragu kau membagi
ceritamu padaku. Kau bilang karna kau percaya padaku. Sungguh sejak saat
itu aku semakin yakin padamu. Kusimpan ceritamu, bahkan sampai saat ini
tak kubagi dengan siapapun. Aku semakin ingin menjadi orang yang kau
percayai.
Kuberikan nasihatku semampuku, selalu ku usahakan agar kau tetap
tersenyum.
Tak ingin kulihat gurat sedih diwajahmu. Tak ragu lagi aku
mengenalkan kamu kepada orangtuaku. Bunda adalah tempatku menceritakan
segalanya, termasuk tentangmu. Begitu senangnya beliau, hati anak
gadisnya dicuri oleh pria sholeh sepertimu. Bukan hanya aku yang menaruh
harapan, tapi juga ayah dan bundaku.
Hingga tak ragu aku mengatur waktu untuk mempertemukan kau dengan
bundaku, kau meng-iya-kan. Aku melihat ada kecocokan diantara kalian,
seperti 2 orang yang sudah lama kenal saja, tersenyum aku melihatnya.
Dan mulai saat itu, aku memohon kepada Tuhan untuk tidak berlama-lama
menuliskan cerita tentang kita, aku segera ingin disudahi dengan
bahagia.
Sampai suatu hari kau menyebutkan namanya.
Entah ada angin apa, pagi pagi sekali kau tak seperti biasanya. Di
pagi hari sebelumnya, kau selalu membuatku tersenyum, tapi tidak untuk
pagi itu. Kau bilang dihatimu ada dia, jauh sebelum kau mengenalku. Kau
bilang kau yang tak bisa menjaga hati, dan kini kau tak ingin menyakiti
hatinya. Tapi sadarkah, justru hatiku yang kau hancurkan? Tak mampu aku
menjawabnya, hanya air mata.
Move On!
Kau tahu itu? Aku sempat bersedih beberapa hari. Ya, hanya
beberapa hari. Kuyakini kau, bahwa disini aku baik-baik saja.
Kupanjatkan doa terbaik untukmu, semoga kau mampu menggapai impianmu
bersama gadis itu. Gadis yang kau jaga hatinya dengan melukaiku. Selepas
kau pergi, aku berharap kita dapat menjadi sepasang sahabat yg dapat
melengkapi satu sama lain, di lain waktu. Kau mengamini nya. Doa kita di
kabulkan.
Sudah tak sedalam dulu sakit yang kurasa saat ini.
Luka yg kau
goreskan sudah sedikit mengering. Dan kita benar-benar menjadi sahabat
seperti doa kita sebelumnya. Aku tetap bisa meluapkan segala keluh ku
kepadamu. Dan kau tetap bisa menceritakan hari-hari lelahmu kepadaku.
Sampai hari itu, kau ceritakan bahwa gadis yg kau perjuangkan dulu,
meninggalkanmu. Entah harus seperti apa aku menanggapinya.
Saat itu, yang ada difikiranku “Tuhan memang adil”, dengan
skenario-Nya yang tak terduga. Aku juga tak ingin mengatakan ini karma.
Tapi, semua bisa melihatnya. Kau rasakan apa yg ku rasakan dulu. Kurasa,
perputaran kehidupan yang terlalu cepat.
Dariku, yang sempat mengagumi koko putihmu.
16 Sept 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar