Jumat, 15 Januari 2016

Karna Cinta Takkan Pernah Salah

Aku ingat betul, sore itu ketika aku membaca rangkaian kata yang kau tulis yang aku yakin benar benar dari dalam hatimu. Sederetan kata itu tiba-tiba ingin membuatku lebih mengenalmu. Benar saja, dirimu lebih menarik dari yg kufikir. Ada rasa ingin lebih mengetahui apa akar permasalahanmu sehingga jemarimu mampu merangkai kata sedemikian rupa. Awalnya aku tertarik pada ceritamu, ya hanya pada ceritamu itu. Bak naskah film yg dihasilkan dari tangan dingin sang penulis, pengalamanmu lebih menarik dari itu, langsung di sutradarai oleh Tuhan Sang Pencipta Segala Rasa.

Kau bahkan telah merasakan pahit sepahit pahitnya cinta, dalam sedalam dalamnya kecewa. Dan entah kenapa hati ini tergerak untuk menyembuhkan lukamu. Diriku yg tiba-tiba saja datang, membawa penawar bagi laramu. Membuka pintu hatimu, dan memaksa masuk tanpa permisi. Entah kenapa aku ingin mengembalikan senyummu, aku merasa berkewajiban untuk itu. Aku peduli, awalnya seperti itu. Dan setelah cukup waktu aku mengenalmu, perlahan peduli itu berkembang, bermertamorfosis menjadi perasaan yg orang sebut itu cinta. Tapi bagiku ini lebih dari sekedar cinta, ini lebih rumit dari cinta.

Karna pada saat yang sama, ada seseorang yang hampir saja menyematkan cincin dijariku. Seakan tak peduli akan hal itu, aku terus saja memupuk rasaku padamu. Aku tahu apa yang kulakukan adalah salah, mempersilahkanmu masuk kedalam ruang hatiku yang telah berpenghuni. Tapi biarkan hal ini menjadi salahku, bukan kamu, apalagi cinta. Karna cinta takkan pernah salah. Cinta tau dimana ia harus tinggal, meski dihati orang yang raganya tidak bisa menetap di atap yang sama.

Sayang, begitu biasa aku memanggilmu. Entah harus bagaimana aku mengatakannya. Aku berjanji akan tetap menempatkanmu diposisi paling dalam dihatiku, bahkan setelah cincin itu terpasang. Maaf karena aku mencintaimu. Sekali lagi, ini salahku. Dan jangan pernah kau salahkan cinta diantara kita.

Dariku,
Yg masih memimpikan hidup bersamamu.

22 Des 2015

Saat Kau Memilih Pergi Setelah Kau Terbangkan Aku Begitu Tinggi

Ingatkah kau dengan percakapan pertama kita, betapa canggungnya aku waktu itu.

Assalamualaikum..
Begitu kau memulainya, santunnya kamu tergambarkan jelas. Semakin tertarik saja rasanya aku. Malam itu kita memulainya dengan sederhana. Dan terus ke malam-malam berikutnya. Kau berikan perhatianmu, semakin kau membiusku dan semakin dalam pula perasaan ini. Sejak saat itu tak ada lagi sepi dimalam-malamku. Bahkan saat setiap shubuh kau menjadi alarmku. Kau buat begitu indah.

Terimakasih, Saat kau ceritakan tentang dirimu, semakin yakin aku padamu.
Saat kau gelisah dan tak tentu arah. Tak ragu kau membagi ceritamu padaku. Kau bilang karna kau percaya padaku. Sungguh sejak saat itu aku semakin yakin padamu. Kusimpan ceritamu, bahkan sampai saat ini tak kubagi dengan siapapun. Aku semakin ingin menjadi orang yang kau percayai.

Kuberikan nasihatku semampuku, selalu ku usahakan agar kau tetap tersenyum.
Tak ingin kulihat gurat sedih diwajahmu. Tak ragu lagi aku mengenalkan kamu kepada orangtuaku. Bunda adalah tempatku menceritakan segalanya, termasuk tentangmu. Begitu senangnya beliau, hati anak gadisnya dicuri oleh pria sholeh sepertimu. Bukan hanya aku yang menaruh harapan, tapi juga ayah dan bundaku.
Hingga tak ragu aku mengatur waktu untuk mempertemukan kau dengan bundaku, kau meng-iya-kan. Aku melihat ada kecocokan diantara kalian, seperti 2 orang yang sudah lama kenal saja, tersenyum aku melihatnya. Dan mulai saat itu, aku memohon kepada Tuhan untuk tidak berlama-lama menuliskan cerita tentang kita, aku segera ingin disudahi dengan bahagia.

Sampai suatu hari kau menyebutkan namanya.
Entah ada angin apa, pagi pagi sekali kau tak seperti biasanya. Di pagi hari sebelumnya, kau selalu membuatku tersenyum, tapi tidak untuk pagi itu. Kau bilang dihatimu ada dia, jauh sebelum kau mengenalku. Kau bilang kau yang tak bisa menjaga hati, dan kini kau tak ingin menyakiti hatinya. Tapi sadarkah, justru hatiku yang kau hancurkan? Tak mampu aku menjawabnya, hanya air mata.

Move On!
Kau tahu itu? Aku sempat bersedih beberapa hari. Ya, hanya beberapa hari. Kuyakini kau, bahwa disini aku baik-baik saja. Kupanjatkan doa terbaik untukmu, semoga kau mampu menggapai impianmu bersama gadis itu. Gadis yang kau jaga hatinya dengan melukaiku. Selepas kau pergi, aku berharap kita dapat menjadi sepasang sahabat yg dapat melengkapi satu sama lain, di lain waktu. Kau mengamini nya. Doa kita di kabulkan.

Sudah tak sedalam dulu sakit yang kurasa saat ini.
Luka yg kau goreskan sudah sedikit mengering. Dan kita benar-benar menjadi sahabat seperti doa kita sebelumnya. Aku tetap bisa meluapkan segala keluh ku kepadamu. Dan kau tetap bisa menceritakan hari-hari lelahmu kepadaku. Sampai hari itu, kau ceritakan bahwa gadis yg kau perjuangkan dulu, meninggalkanmu. Entah harus seperti apa aku menanggapinya.

Saat itu, yang ada difikiranku “Tuhan memang adil”, dengan skenario-Nya yang tak terduga. Aku juga tak ingin mengatakan ini karma. Tapi, semua bisa melihatnya. Kau rasakan apa yg ku rasakan dulu. Kurasa, perputaran kehidupan yang terlalu cepat.


Dariku, yang sempat mengagumi koko putihmu.

16 Sept 2015

Senin, 15 Juni 2015

Aku Sudah Berjuang Sekuat Ini. Apa Kamu Memang Tak Punya Hati?

(Tulisan ini akan semakin terasa manis kalau didengarkan bersama lagu She Falls Asleep, Tom Fletcher. Kamu bisa mendengarkan dan melihat videonya di link ini.)

Sudah tidak terlalu banyak hal yang rasanya bisa kutawarkan. Setelah selama ini siaga di sisi demi mengusap keringatmu yang datang tanpa permisi — perjuangan ini rasanya makin absurd untuk dijalani. Asal kau tahu, jika hati ini adalah kursi kayu panjang kau sudah melengkungkan dan menciptakan banyak retak di atasnya. Tanpa mau tahu apa yang kurasa.
“Aku ‘kan sudah bilang kalau aku begini. Kalau sudah tahu, kenapa kamu tidak pergi?”
Oh ayolah. Egois sekali dirimu. Berlindung di balik ke-aku-an yang rasanya tak bisa ditawar lagi. Seakan dengan bilang kau brengsek dari awal maka aku pasti tak akan sakit hati.
Kau pernah kuperjuangkan sampai menciptakan sembilu yang perihnya terasa sampai hari ini. Kini kuputuskan berhenti. Aku tak lagi mau jadi opsi. Lebih baik aku remuk hari ini, daripada terus berjuang demimu yang tak punya hati.


Impian bisa menggenapkanmu sudah kuakhiri. Rasanya kau juga tak perlu tahu, pernah ada gadis yang sedalam itu mencintai

Pernah ada gadis yang sedalam itu mencintai
Kau tak perlu tahu, pernah ada gadis yang sedalam itu mencintai via www.finchandfawn.com
Pernah ada gadis yang cintanya menaungimu serimbun itu. Berulang ranting teduhnya hendak dipangkas namun ia tak sampai hati, bercericit cemas. Lalu duduk lemas.
Kau juga tidak perlu tahu betapa banyak air mata dan harga dirinya tergadai.
Berenanglah dalam matanya, cobalah berjalan di hatinya jika bisa
kau akan menemukan jejakmu dimana-mana.
Setiap kali mengecup punggung tanganmu, ada haru yang muncul di hati gadis yang dulu milikmu. Sedang ia, menatap matamu saja tak mampu. Takut pancar bening lain terpantul di situ.
Gadis yang sama kini memilih dengan gagah — ia sudah berhenti bermimpi bisa menggenapkamu. Patah arang.
Sebab saat kau sedikit mencintainya biasanya sakit setelahnya akan berlipat ganda.


Sering-seringlah menyakitiku. Kau toh tak peduli ‘kan jika hati ini berderak keras karenamu?

Kau toh tak peduli jika hati ini berderak keras karenamu
Kau toh tak peduli jika hati ini berderak keras karenamu via www.finchandfawn.com
Sering-seringlah menyakitiku, Sayang. Kau sudah lebih dari tahu kalau hatiku tak lebih sebuah kursi kayu panjang melengkung di tengah, Ia hanya akan protes saat sudah benar-benar patah, berhenti punya guna. Tak berwujud lagi di mata manusia.
Selama masih bisa kau atur dudukmu miring sedikit, geser kanan-kiri bergantian tiap detik aku pasti masih kuat bertahan. Dan kau, Sayang, sudah memperhitungkannya lebih dulu.
Kemari, coba kulihat kertas burammu. Aku penasaran atas ekuasi handal sampai kapan nyeri ini sanggup ditahan
hingga “Kraaak!”, dua ia terbelah
Lalu kau segera beranjak, beringsut pindah.


Waktu membuat makin banyak peran di hidupku yang kau mainkan. Tapi bukan berarti lalu kau tak bisa kutinggalkan

Memang, kamu sudah menjelma memainkan banyak peran. Tapi bukan berarti tak bisa kutinggalkan
Memang, kamu sudah menjelma memainkan banyak peran. Tapi bukan berarti tak bisa kutinggalkan via www.finchandfawn.com
Denganmu aku sudah bermain gengsi, jatuh cinta, patah hati, sakit dan benci, tapi ujung-ujungnya jatuh cinta lagi. Denganmu, aku menjelma jadi gadis kecil manja yang minta diusap saat sakit pinggang. Atau wanita dewasa yang menyapu kamar dan memasak tanpa diminta. Dalam jejak kecil kita, aku hanya ingin jadi sebaik-baik wanita. Agar kamu bangga dan bahagia. Meski kebiasaan buruk dan kecerobohanku terus kau baca, tapi kasih terus tersedia.
Sekian lama kita bersama kau memang menjelma jadi kekasih, kakak, sahabat, teman diskusi dan bahkan rekan bertengkar. Aku mencintaimu tanpa banyak minta. Tak pernah terbersit komparasi dengan pria lain di luar sana.
Sesekali kau menemukanku merengek manja. Minta ditemani ke mana-mana, atau minta kau membuka lengan agar dadamu bisa jadi rumah tempatku pulang dan meletakkan kepala. Mengetahui fakta bahwa aku membutuhkanmu boleh membuatmu bangga. Tapi bukan berarti tanpa kehadiranmu hidupku tak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Kehilanganmu jelas membuatku mati rasa sementara. Namun aku bersumpah, selepas limbung beberapa saat lamanya kau akan menemukanku melenggang seperti biasa. Aku bertahan. Perlakuanmu selama ini membentukku jadi pejuang.


Aku pergi. Kini rasakanlah bagaimana lelahnya menghadapi hidup seorang diri. Asal kau tahu, kenop ke hatiku sudah diganti. Kau tak bisa masuk ke dalamnya lagi

Rasakanlah hidup seorang diri. Kau tak bisa masuk ke hatiku lagi
Rasakanlah hidup seorang diri. Kau tak bisa masuk ke hatiku lagi via www.finchandfawn.com
Kata orang, cara terbaik untuk menghargai arti sebuah rumah adalah dengan meninggalkannya. 
Pergi, membuatmu lepas dari cangkang yang bernama kenyamanan. Memaksamu tangguh menghadapi dunia tanpa perlindungan. Di luar, satu-satunya cara yang tersedia hanyalah berjuang. Mengerahkan seluruh kemampuan agar kamu tetap hidup. Belajar bertahan.
Kau tahu, mungkin kita hanya terlalu jengah setelah menghirup udara yang sama. Kau dan aku lupa kita pernah saling membutuhkan. Tak perlu lagi kugapai engkau jauh-jauh. Sebab kau sedekat pembuluh. Untukmu, aku sudah seperti nafas. Hingga ringan rasanya kau hempas. Kau dan aku seperti dua petualang yang kelelahan. Kita butuh meluruskan betis sebelum langkah kembali diayunkan.
Aku juga takut kedinginan. Enggan rasanya keluar dari hangat ruangan, untuk kemudian menggigil. Sendirian. Tapi dekapmu tak akan kuhargai, sebelum aku tahu repotnya harus memeluk diri sendiri. Kamu tak akan menghayati rasanya didampingi. Sebelum pijatan di bahumu tak lagi mudah ditemui.
Rasakan. Rasakan bagaimana lelahnya menghadapi hidup sendiri. Nikmati. Nikmati hari-hari penat tanpa pijatan, ketika keringatmu menetes deras tanpa ada yang menghentikan. Carilah rumah kontrakan, tempat singgah baru. Lalu hayatilah, apakah ia bisa melelapkanmu seperti aku? Bisakah ia merawatmu tanpa banyak gerutu, memastikan semua bersih dan rapi sebelum kau kembali membuka pintu?
Rumah ini perlu dibenahi dulu. Cat nya butuh diganti baru, lampu beranda juga sudah terlalu redup untuk kita santai duduk di depan pintu.
Sebelum kita benar-benar berkemas. Ingin kubisikkan kata pamungkas pelan-pelan di telingamu,
“Kunci kenop pintu itu sudah kuganti selamanya. Kau tak lagi bisa seenaknya membukanya kapan saja”

*Tulisan ini diambil dari hipwee.com

Selasa, 05 Mei 2015

Hello Bingsu Caffe

Kali ini aku mau review tempat nongkrong yg cozy banget, di daerah Margonda Depok. Dapet referensi dari temen katanya ada caffe yg sediain dessert khas Korea, khususnya Pat Bingsu. Penggemar drakor pasti udah hafal dong.. Sebenernya aku sendiri gak begitu suka banget sih sama drama korea, tapi semenjak tau makanan Korea jadi penasaran sama kuliner khas Korea yg lainnya. Dan ternyata kuliner Korea emang recomended banget deehh, gak mengecewakan pokoknya :D

Caffe Hello Bingsu namanya, tempatnya sebelum Ranjang69 kalo dari arah Lenteng Agung. 

Ada 2 lantai, kita bisa pesen makanan di lantai dasar, langsung bayar disitu. Bisa juga sih makan disitu tapi karna waktu aku kesana dilantai dasar cukup rame jadi aku sama dua temen aku mutusin buat makan dilantai dua, biar bisa lihat semua decor nya yg lucu bangeett. 


Foto ini ada di lantai dasar, banyak decor yg lucu lagi yg gak sempet aku foto.

Aku pesen barbeque french fries (15k), oreo bingsu (38k), choco bingsu (40k). Bingsu nya bisa ditambahin topping ice cream lagi, tambah 5k ada rasa coklat, strawberry, greentea, dll. 1 porsi bingsu bisa buat 2org karna emang size nya lumayan, jadi kita pesen 2 bingsu buat 3 orang.

Ini foto di lantai dua, ada pojokan yg bisa buat foto session gitu sama boneka panda unyu itu hehehe.. disampingnya juga ada mini stage, aku gatau itu stage buat siapa aja yg mau make atau emang dihari2 tertentu ada yg perform. Di lantai dua juga ada meja yg buat sekitar 10 orang, lengkap sama sofa nya jadi comfort banget kalo mau ngumpul2 sama temen2 atau reunian. Jadi berasa dirumah sendiri. Karena aku cuman bertiga dan tempat itu udah dipake sama anak2 abg yg lagi pada cekikikan, jadi yaudah aku pilih meja yg biasa aja yg emang buat 3 orang.

Aku saranin kalian harus coba caffe ini, karna aku juga pengin balik lagi cobain makanan yg lain :D




Selasa, 21 April 2015

Hai Pria Berkoko Putih, Sungguh Aku Sakit

Pandanganku sayu, langkah ku berat..
Ingin kupejamkan sejenak rasanya..
Tapi air mata mendesak keluar tak tertahan..

Aku merasakan lelah yg teramat sangat..
Seperti baru saja berjalan jauh tanpa berhenti..

Kakiku lemas, seperti tak bertulang..
Saat kau ucap kalimat yang hampir tak ingin kudengar..

Memang terlalu jauh perjalanan kita..
Hingga membawa hatiku jatuh terlalu dalam..

Salahku yg membiarkan perasaan ini ada..
Salahku yg mengijinkanmu masuk dan membawa pergi jauh hatiku..
Dan setelah hatiku terbang tinggi mendekati awan..
Kau jatuhkan, kau pecahkan harapan yg selama ini kutanam..

Sakit sekali rasanya, akhi :'(
Sungguh aku sakit..

Dari awal aku tlah meragu, mengapa harus dirimu..
Mengapa tidak dari awal kau lepaskan aku..
Sebelum hati ini terbang begitu tinggi..
Sebelum harapan ini kutanam begitu dalam..
Sebelum impian tentangmu mengganggu setiap tidurku..
Mengapa??

Apa kau lupa aku baru saja sembuh dari lukaku yg dulu..
Sungguh baik hati sekali kamu menyembuhkan lukaku itu, menutupnya rapat..
Dan sungguh baik hati sekali kamu membuka lagi sayatan yg baru..
Membuka lagi luka lama dan lebih lebar..
Membiarkan aku mencari penawarnya entah kemana..
Membiarkan aku merasakan sakitnya sendiri..

Kau bilang kau rasakan juga perihku?
Perih dibagian mana?
Bukankah hatimu lebih tenang sekarang..
Akhirnya kau gunakan juga pisau yg selama ini hanya kau genggam saja..

Trimakasih kau telah jatuhkan airmata ku tepat saat baru aku membuka mata..
Entah akan kemana aku setelah ini..

Terimakasih,
Untuk luka yg kau beri..

Selasa, 14 April 2015

Manusia Karbitan

Hidup tak harus tentang apa yang aku cintai, yang aku ingini, dan apa yang ada dimimpiku. Kadang hatiku berkata “jalani hidup seperti air mengalir”,

Dan kau tau? itu hanya istilah.

Yang dalam kenyataannya aku tak boleh beranggapan seperti itu, hidup harus tertata, difikirkan, dan terencana. Dan sekarang aku mengerti, berfikir tidak hanya untuk satu detik ke depan, melainkan untuk satu tahun kemudian, dan dengan berbagai kemungkinan. Agar disaat kemungkinan-kemungkinan itu terjadi, aku tlah mengerti akan melakukan apa dan bagaimana untuk mengatasinya.

Karena tak ada yang tak mungkin di hidup ini. Dulu, saat diriku beranggapan bahwa hidup adalah mudah, itu tak lain karena aku belum memasuki kehidupanku yang sebenarnya.
Dan kini, hmmm.. kurasa aku sedikit mengerti akan hidup.
Ya, just a little.

Sekarang, setelah berbagai macam cobaan dan halangan yang mengganggu hidupku, aku tau bahwa hidup tak selebar daun kelor, seperti kata Bondan Prakoso salah satu inspiratorku.

Semuanya dapat terjadi. Dan aku harus siap menjadi manusia yang sesungguhnya. Beranjak dari sifatku yang masih teramat sangat labil, aku dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan mereka yang telah mengerti segalanya tentang hidup.

Bagai buah yang belum waktunya matang, sang pemilik tak ingin terlalu lama menunggu saat aku matang, dan tak ada jalan lain selain karbit.
What?!
Hidup di karbit?
Tapi memang itu kenyataan yang menimpaku saat ini.

Dan aku tak bisa mengelak. Menurutku untuk menjadi manusia yang dewasa dan mandiri tidak cukup dengan waktu yang singkat. Proses pendewasaan diri adalah proses yang seharusnya tanpa paksaan dan kehendak dari orang lain. Tapi tidak untukku.

Dengan usiaku saat ini, menurutku belum waktunya aku untuk menjadi dewasa (walaupun aku tau dewasa tidak diukur dengan usia). Aku tak bisa menerima sesuatu yang serba ‘tiba-tiba’, tiba-tiba dipaksa dewasa, dan tiba-tiba dipaksa mandiri. Aku rasa tak hanya aku yang seperti itu, tapi juga kalian.

Hati dan fikiranku memberontak, protes dengan apa yang terjadi saat ini.
Mengapa hidupku seperti ini?
Haruskah aku menjadi buah yang dikarbit?
Aku tak mau!
Ini bukan inginku.
Mengapa aku tak diijinkan untuk memilih jalanku sendiri? Menjadi yang aku ingini dan...

Ah, hanya sia-sia.

Tak seharusnya aku memberontak seperti ini. Hanya akan membuat semuanya lebih kacau. Apa pernah terbayangkan oleh kalian, dipaksa untuk mencintai sesuatu yang tak kita sukai. Sangat sulit. Mengenal saja sebenarnya aku tak mau, bagaimana aku akan mencintai sesuatu itu? Tapi aku yakin Engkau punya rencana lain untukku.

Dan sampai pada akhirnya, ada satu kalimat yang harus menjadi pedomanku untuk menjalani semuanya. “Bergeraklah, maka secara tidak langsung kamu akan termotivasi”.

Sangat tepat.

Disaat aku teringat akan impianku yang sangat berbeda dengan apa yang aku jalani sekarang, aku selalu ingat akan kalimat itu. Kalimat itu yang membuat aku sanggup menjalani semuanya. Kalimat itu juga yang membuatku termotivasi untuk menjadi yang mereka inginkan. Karena sesungguhnya hidupku tak hanya untukku. Tapi untuk semua yang ada disekelilingku. Kalian yang mencintaiku, semua yang kulakukan untuk kalian. Walau sebenarnya tidak untukku. I’ll loving u all, ever :)


Hmm.. cinta?
Ya, aku punya cinta. Cinta adalah salah satu dari sekian hal yang membuat aku mampu berdiri sampai saat ini, sampai aku disini duduk merenungi dan mencoba menumpahkan semua amarahku disini. Siapa cintaku? Dan apakah dia juga mencintaiku?
Jelas, aku tak mungkin mencintai sesuatu atau seseorang yang tak mencintaiku. Layaknya hidup, selain kalimat pedoman di alinea sebelumnya, ada lagi pedoman untuk hidupku. “Aku akan menghargai semua yang menghargaiku, dan tak akan pernah aku menghargai sesuatu ataupun seseorang yang tak menghargaiku”. Terdengar sedikit egois memang, tapi ya itulah aku. Aku tak mau dirugikan, karna hidupku sudah terlalu merugi.

Aku mencintai yang telah melahirkanku, mengasuhku, dan menyayangiku tulus dari hatinya. Beliau adalah ibu. Wanita yang rela mengorbankan segalanya untukku. Aku tlah menghabiskan banyak keringatnya. Apapun yang ku lakukan, beliau selalu mendukungku dari belakang.
Beliau mendengar apa yang tak kuucapkan, dan mengerti apa yang aku fikirkan. Dan setelah aku mengerti apa arti ibu dalam hidupku, tertanam niat dalam hatiku : hidupku untukmu, Ibu.

Dan tak perlu dijelaskanpun, sudah jelas beliau juga mencintaiku. Buktinya ? beliau rela melakukan hal apapun untuk membahagiakanku, atau hanya untuk membuatku tersenyum saat tak ada yang bisa melakukannya. Dengan tangannya yang lembut, pelukan hangat ditubuhku selalu membuatku nyaman berada disampingnya.
Dan sampai saat ini pun, saat semuanya tak berpihak padaku, beliau dengan senyum dan nasihatnya selalu membuatku tak berputus asa.

Yang paling membuatku mencintai ibuku adalah, beliau rela melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh seorang ibu, dan hanya demi aku dan kebahagiaanku.
Hmm, i love u Ibu.

Jakarta, 26 November 2012

By
Khanza - 17th

Senin, 09 Maret 2015

Oriflame Maret 2015

Join Oriflame Maret 2015 bisa dapetin semua hadiah ini :D
invite me for more info :
bbm : 22ff06c0
wa : 089601976234